Empat Pesawat Latih Grob Tiba Mei 2013

(Foto: Grob)

12 Februari 2013, Jakarta: Empat dari 18 pesawat latih Grob G-120TP buatan Jerman yang baru dibeli TNI Angkatan Udara akan tiba di Indonesia pada pertengahan Mei 2013. Delapan belas pesawat itu menggantikan pesawat latih AS-202 Bravo dan pesawat T-34C yang selama ini digunakan sekolah penerbang TNI AU.

"Pesawat AS-202 Bravo dan pesawat T-34C akan diganti dengan pesawat latih baru jenis Grob sebanyak 18 Unit," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsdya TNI Ida Bagus Putu Dunia pada upacara serah terima jabatan Komandan Komando Pendidikan TNI AU (Dankodikau) di Yogyakarta, Senin (11/2).

Tongkat komando dan kodikau diserahterimakan dari Marsda TNI Ida Bagus Anom kepada penggantinya Marsma TNI M Nurullah. Upacara sertijab dihadiri, diantaranya Kepala Staf Umum TNI, Marsdya TNI Daryatmo, Wakil KSAU Marsda TNI Boy Syahril Qamar, mantan dankodikau, Ketua Umum PIA Ardhya Garini, Dewi Ida bagus Putu Dunia, Ketua PIA Ardhya Garini Gabungan II Kodikau, Astuti Nurullah.

KASAU menyatakan kedatangan alutsista baru, seperti Grob G-120TP akan memperkuat Kodikau maupun pertahanan udara. Pengiriman 18 pesawat latih akan dilakukan secara bertahap hingga tahun 2014. "Pengiriman tahap pertama tiba pada pada Mei 2013, ini sebanyak empat unit," kata dia.

Keberadaan pesawat ini juga melengkapi kekuatan pesawat latih KT-1B yang juga dipesan TNI AU dari Korea Selatan. Lima dari 55 unit pesawat yang dipesan itu telah tiba di Tanah Air pada Desember 2012.

Bagus Anom mengatakan TNI AU memilih pesawat Grob karena merupakan pesawat tersebut dinilai yang terbaik untuk sekolah penerbang. Pesawat Grob mampu melakukan manuver yang cukup ekstrem. "TNI AU sebenarnya membutuhkan 24 pesawat Grob untuk sekolah penerbang, tetapi baru dapat dipenuhi 18 pesawat. Kami berharap DPR nanti menyetujui pembelian pesawat lagi," kata Anom.

MEF

KSAU mengatakan pembelian pesawat - pesawat latih ini sesuai dengan rencana strategis TNI dalam memenuhi kekuatan alat uta-ma sistem senjata sesuai program kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF).

"Khusus dibidang pendidikan dan latihan, telah direncanakan untuk menambah dan menggantikan kekuatan pesawat latih yang ada," kata dia.

Seperti pesawat AS-202 Bravo yang digunakan Kodikau telah berusia 30 tahun. "Lembaga pendidikan merupakan ujung tombak dalam peningkatan sumber daya manusia karena dari tempat inilah kualitas sumber daya manusia dihasilkan," kata Dunia.

Karena itu, ia menyatakan, pengembangan lembaga pendidikan menjadi prioritas TNI AU dalam penyusunan kebijakan dan kekuatan matra pertahanan udara. TNI AU harus mampu mengimbangi ataupun mengantisipasi dampak loncatan teknologi terhadap organisasi dan personel yang mengawakinya.

"Soalnya, alutsista modern hanya efektif jika dikelola secara modern, sehingga pola pikir lama harus diubah sesuai dengan kebutuhan alutsista yang ada," jelas KSAU.

Jika pengembangan kemampuan personel AU tidak sejalan dengan tujuan organisasi, itu artinya hasil didik Kodikau kurang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Sumber: Suara Karya

No comments:

Post a Comment