Pesawat Asing Dipaksa Mendarat di Lanud Palembang

Hawk TNI AU. (Foto: Dispenau)

20 September 2012, Palembang: Lantaran melenceng dari jalur penerbangan seharusnya,sebuah pesawat asing kemarin dipaksa mendarat oleh TNI AU di Base Ops Lanud Palembang sekitar pukul 14.00 WIB.

Pesawat yang diketahui jenis Boeing 737 itu sebelumnya terpaksa di-intercept dua pesawat tempur jenis Hawk 100 dan Hawk 200 dari Skuadron Pekanbaru untuk segera mendarat di Lanud Palembang setelah terpantau radar Kohanunas melenceng dari jalur penerbangan seharusnya. Setelah melalui negosiasi yang alot, pesawat berbendera negeri antah berantah itu pun akhirnya berhasil digiring turun ke Lanud Palembang untuk diperiksa kelengkapan surat-suratnya.

Sebelum akhirnya berhasil menemukan kesepakatan, pesawat berbendera asing tersebut tak urung mendapat penjagaan ketat puluhan aparat yang telah bersiaga di sekitar lokasi pendaratan. Kedatangan pesawat asing juga dikawal kendaraan pasukan TNI AU, tim Crash Car PKPPK PTAP2 Palembang, hingga tim imigrasi. Sejumlah personel gabungan langsung mengamankan daerah sekitar pesawat mendarat.

“Pesawat tiba-tiba terpantau melenceng masuk wilayah teritorial kita.Makanya TNI AU pusat memerintahkan dua pesawat tempur memaksa turun ke Lanud Palembang. Kita belum tahu mereka ini mau apa,makanya dipaksa turun untuk dicek kelengkapannya,”ungkap Danlanud Palembang Letkol Pnb Adam Soeharto kemarin. Adam mengatakan,sekelumit cerita tadi merupakan skenario latihan Force Down yang telah dirancang untuk memantapkan kesiapan pasukan saat kondisi serupa terjadi di Lanud Palembang.

“Jadi kalau ini benar-benar terjadi, aparat kita langsung sigap. Kalau tidak mau diusir, mereka harus dipaksa mendarat dan diperiksa surat izin terbangnya,”katanya. Sementara itu, May Pnb B Sudewo Kepala Seksi Ops dan Latihan Pangkalan Udara (Lanud) Hasanudin Makassar yang berperan sebagai kapten pilot pesawat X mengatakan,latihan digelar untuk me-refresh pengamanan di pangkalan seluruh Indonesia, termasuk beberapa masalah real yang akan ditemui di lapangan yang membutuhkan penanganannya rumit.

“Intinya kejadian seperti itu bisa saja terjadi di pangkalan mana pun, makanya kita me-refresh agar aparat di pangkalan selalu siap,”ujarnya. Dia mengungkapkan, walaupun terkesan sederhana, proses seperti itu cukup rumit karena umumnya pilot pesawat berbendera asing tidak mau begitu saja dipaksa mendarat, meski terpantau radar telah melenceng dari wilayah penerbangannya.

Untuk itu, dibutuhkan tim negosiasi yang bagus dan solid untuk melakukan tindakan tepat bagi pesawat-pesawat yang melakukan hal serupa.“Jadi kalau tadi ceritanya ada crew saya yang sakit. Saya selaku pilot harus menjaga keamanannya. Makanya saya tidak mau langsung turun saat dipaksa mendarat,” ucapnya.

Sumber: SINDO

No comments:

Post a Comment